Tuesday, December 13, 2016

Commuter Line Harus Belajar dari Transjakarta?

Halo, assalamu'alaikum! Aku lagi sedih nih, soalnya HP ikut-ikutan rusak juga kayak laptop. Ya udahlah yaa... Untuk menghilangkan kesedihan, akhirnya aku nulis postingan ini.

Mungkin beberapa dari kalian bertanya-tanya, kok konten blog-nya absurd banget sih, sekarang? Kok nggak bahas tentang beauty lagi? Kok nggak review make-up lagi? Tenang saudara-saudara, aku masih bakalan posting tentang beauty dan review make-up, kok. Aku cuma pengen pembaca blog-ku nggak bosen aja, review make-up mulu. Selain itu, alasan yang sering aku kemukakan akhir-akhir ini ialah.....memori kamera aku hilang, jadi ribet gitu kalau mau review make-up. (Padahal mah, blog ini nggak ada pembacanya. Nggak usah pake klarifikasi segala. Hahaha...)


Yaudah, kenapa sih kali ini aku bahas Commuter Line Harus Belajar dari Transjakarta? Sebagai pengguna kedua transportasi umum itu setiap harinya, aku jadi bisa menilai perkembangan kedua transportasi umum ini dari hari ke hari. Kelebihan masing-masing dan juga kekurangannya. Setelah mengamati (hasek), ternyata walaupun Commuter Line lebih diminati banyak orang (baca: desek-desekkan parah) tapi Transjakarta perkembangannya jauh lebih bagus. Jadi, aku memiliki beberapa saran yang siapa tahu (dan mudah-mudahan) dibaca oleh Pemerintah untuk memperbaiki kinerja Commuter Line.

1. Perbanyak Kereta
Mungkin udah bosen banget kali ya, Pemerintah kalau denger atau baca usul ini. Ya, kereta memang udah banyak banget. Jeda waktu kedatangannya nggak lama banget. Belum lagi sekarang udah diperbanyak gerbong sampai 10-12 gerbong. Wuih... terima kasih banget, lho! Ini amat sangat membantu. Tapi sayangnya, kereta banyaknya cuma kalau rush hour, dan walaupun udah banyak tetep aja desek-desekkan parah. Duh, gimana dong?

Mungkin akan banyak yang bilang 'ya iyalah banyak pas rush hour doang, kalo pas siang bolong diperbanyak juga, banyak kursi kosong pastinya'. Dulu beda sama sekarang. Kalau dulu mungkin iya, kereta bakal kosong, tapi sekarang dari subuh sampe jam 12 malem kereta nggak ada sepi-sepinya. Tetep aja rame. Aku nulis ini bukan sekadar nulis. Karena aku pernah berangkat subuh, pulang tengah hari bolong, bahkan pulang jam 12 malem. Jadi, tolong lah diperbanyak lagi, ya Bapak-Bapak :) 
Terutama saat rush hour, sih...

2. Konsistensi Jadwal
Kereta telat tuh, udah biasa. Terus, untuk apa dong dibuat jadwal? Kalau beralasan ada gangguan, listrik mati, kereta anjlok, rel patah, dan sebagainya ya, tolong lihat usul saya yang nomor satu. Perbanyak kereta itu maksudnya perbanyak kereta cadangan juga kalau ada yang gangguan, misalnya mesinnya ada yang rusak atau gimana. Kalau masalah listrik mati dan rel patah sih, aku nggak ngeluh ya. Karena namanya juga kereta rel listrik (KRL) jadi aku terima-terima aja kalau gangguannya kayak gitu.

3. Bedakan Jalur
Maksudnya bedakan jalur gimana? Bukannya emang udah beda-beda? Maksudnya adalah bedakan jalur KRL Commuter Line dengan Kereta Lokal atau Lokomotif atau pengangkut barang. Yang semacam itulah. Karena, jadwal yang tidak tepat waktu seringkali karena kereta-kereta selain Commuter Line itu. 

Kalau nggak salah di Jogja, KA Prameks (Prambanan Ekspres) dengan kereta yang dari Jakarta gitu dibedain jalurnya. Iya nggak, sih? Koreksi aku kalau salah, ya.

Udah kok, usul aku tiga aja. Walaupun hanya tiga, tapi aku tahu usul-usul aku itu susah banget untuk direalisasikan, khususnya untuk yang nomor tiga. Sebenernya nomor tiga inilah akar dari permasalahan Commuter Line yang sering telat dan kemudian membuat penumpangnya membludak, sih. Ya sudahlah, aku kan hanya seorang pengguna Commuter Line yang memiliki harapan, ya. 

Soalnya aku lihat, Commuter Line dan Transjakarta itu sama-sama bagus. Bagus banget dibandingkan dulu. Tapi Transjakarta udah banyak banget sekarang busnya, jadi nggak nunggu lamaaaaa banget (walaupun masih lama, tapi nggak separah dulu). Selain itu busnya sekarang udah bagus semua, nggak ada yang bobrok. Kalau masalah fasilitas sih, Commuter Line lebih dulu yang bagus. Terus Transjakarta juga udah merambah sampai Tangerang (walaupun lewat tol, neraka dunia) dan Depok. Kelebihan Transjakarta yang lain adalah jalurnya udah steril dari kendaraan pribadi (walaupun di beberapa titik masih...........if you know what I mean).


Jadi ya, begitulah. Kenapa sih aku nulis postingan ini? Jadi gini, dulu itu dari Halte Busway UNJ aku pasti tujuannya ke Halte Dukuh Atas 2 dan lanjut Stasiun Sudirman kalau pulang. Nah, kalau pulang siang itu seriiiiiiiiing banget keretanya masih ada di UI lah, Tanjung Barat lah, yang mana nunggunya jadi lama banget kan? Dari stasiun sesepi kuburan sampai seramai pasar. Kalau begitu sih, apa yang orang-orang cari dari kereta (yaitu kecepatan) ya nggak terpenuhi dong? Selain itu, di Stasiun Duri juga masih harus nunggu kereta yang arah Tangerang lagi. Kadang masih baru berangkat Stasiun Poris atau Rawa Buaya.

Nah, sejak ada rute Transjakarta baru yaitu TU Gas-Grogol, aku coba lah naik itu dan lanjut Stasiun Grogol. Aku kira bakal sampai memakan waktu tiga atau empat jam perjalanan karena di pikiran aku tuh, kalau naik mobil ya lama. Ternyata oh ternyata, cuma 2 jam aja, lho! Kadang bisa 1 setengah jam! Kalah dong, kereta kalau begini?

Tapi, walaupun begitu aku nggak membanggakan Transjakarta banget. Arah Pluit tuh masih jarang banget. Dan aku juga nggak menjelekkan Commuter Line banget. Dua-duanya amat sangat bagus dan patut diacungi jempol. Empat jempol kalau perlu. Ya itu aja, sih. Kembali lagi, ini hanya curahan hati seorang pengguna Commuter Line yang mudah-mudahan impiannya dapat terealisasikan. Aamiin...


p.s.: untuk yang baca postinganku tapi belum pernah atau masih males untuk menggunakan kedua transportasi umum di atas, ayo dong naik! Apa sih yang membuat kalian males? Desek-desekkan? Takut copet? Takut pelecehan seksual? Insya Allah, kedua permasalahan terakhir nggak akan terjadi kalau kita tetep waspada dan berdoa, kok. Untuk masalah desek-desekkan, seru tau! Cobain, deh ;)

9 comments:

  1. Udah lama aku ga naek Transjakarta, pas naik lagi ternyata harus pakai kartu khusus semacam kartu commuterline ya. wkwkkwkwk

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iyaaa tapi enak kok pake kartu itu soalnya multifungsi :D

      Delete
  2. Entahlah, sebagai warga baru di Jakarta aku sangat-sangat berterima kasih buat penemu/penggagas transjakarta dan KRL ini. Memudahkan banget banget banget pas waktu masih sering interview sana sini hehehe :D


    www.nyonyanyinya.com

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bener banget, Kak. Dua transportasi umum di atas emang the best banget (kalo nggak lama) hehe

      Delete
  3. Aku udah lama banget kayaknya nggak maenan TJ #anakrumahan #sedih

    www.magellanictivity.com

    ReplyDelete
  4. Sama ini mbak, jalurnya diminimalisir yang berlintasan dengan jalan. Soalnya kalau masih berlintasan dengan jalan raya, poin 1 bakal susah direalisasikan, karena bikin macet jalan rayanya... hihihi simalakama ya...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hehehe...biar ga kena macet, naik Commuter Line aja :D

      Delete
  5. Aku pengguna Transjakarta setiap hari. Senengnya Tj itu satu tujuan bisa dilalui bis dr beragam rute. Jadinya banyak pilihan. Kalau CL, heuuu kalo gak buru-buru banget, kayaknya aku ga bakal naik deh huhu paling bete kalau udah ditahan lama di Manggarai *curhat*

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nah iya, di stasiun besar tuh pasti ditahan lama karena gantian masuk :(

      Delete