Tuesday, March 31, 2015

Salah Jurusan?

Salah jurusan? Kok bisa? Bukannya aku suka banget sama dunia sastra ya? Bukannya aku pengen banget jadi anak sastra ya?

Pernah nggak, kalian merasa keciiil banget di suatu tempat yang besar? Inilah hal yang sedang kurasain sekarang. Kok aku kayaknya nggak sehebat temen-temenku yang lain? Kayaknya cuma aku anak sastra yang pasif. Kayaknya cuma aku anak sastra yang nggak bisa main teater. Kayaknya cuma aku anak sastra yang masih nggak pede untuk baca puisi. Kayaknya cuma aku anak sastra yang hasil tulisannya nggak sistematis. Bahkan mungkin cuma aku anak sastra yang nggak tahu Taman Ismail Marzuki dimana, nggak tahu PDS HB Jassin dimana, dan nggak ke Asean Literary Festival kemarin. Masih untung aku pernah ke Perpustakaan UI dan Perpustakaan Nasional, walaupun itu juga nggak menghasilkan apa-apa alias aku nggak ngapa-ngapain ke sana.

Aku emang suka sama dunia sastra. Aku suka baca buku dan nulis juga. Tapi itu dulu. Entah kenapa sekarang jadi males banget untuk menghasilkan sebuah karya. Bahkan, untuk membaca sebuah karya pun juga. Apa karena tugas kuliah yang menggunung? Ah, tapi nggak boleh begitu. Emang konsekuensi jadi mahasiswa tuh, tugasnya banyak. Seharusnya aku yang bisa mengatur waktu dengan baik.

Mengenai salah jurusan, bukan 'salah' sih sebenarnya. Cuma merasa 'nggak sesuai sama yang dipikirkan' aja. Pas SMA, aku semangat banget mau jadi anak sastra sampe semua hal aku lakuin untuk itu. Aku kira, anak sastra itu belajar tentang karya sastra. Cerpen, puisi, novel, drama, kata baku, asal kata. Ya, emang bener, sih. Cuma, ternyata digali lebih dalam lagi. Padahal ini baru semester 2. Dulu pas semester 1 sih, aku enjoy banget ngejalanin kuliah karena apa yang dipelajari tepat dengan apa yang aku pikirkan. Mulai menginjak semester 2, mulai dibebani lah dengan teori sastranya itu sendiri yang mana bener-bener banyak mengandung ilmu filsafat di dalamnya. Dan yang bener-bener kenal sama aku pasti tahu aku ndablek banget sama filsafat. Belum lagi belajar tentang sejarah sastra. Dulunya sastra itu gimana, sih? Periodisasi sastra dibagi menjadi apa aja, sih? Siapa aja sih, tokoh-tokoh terkenal yang berjasa dalam kesusastraan Indonesia? Lalu sekarang mulai belajar Arab Melayu. Arab Melayu tuh, errrr sukar dideskripsikan dengan kata-kata. Mendingan belajar bahasa Arab aslinya sekalian, deh! Arab Melayu tuh, banyak aturan dan banyak perbedaan. Belum lagi belajar Morfologi. Afiksasi (pas SMA lebih dikenal dengan sebutan imbuhan), morfofonemik, dan sampe sekarang aja aku nggak tahu apa itu fonem dan morfem. Masya Allah...
Ini baru semester 2. Aku nggak bisa ngebayangin semester-semester selanjutnya. Sastra Nusantara, Sintaksis, Sastra Klasik, Semantik, Statistik, Sastra Dunia, Kritik Sastra, Semiotik.

Beberapa hari yang lalu, di grup khusus anak sastra UNJ di Line ada semacam diskusi kecil gitu tentang yaa sejarah sastra, lah. Dan aku sedih karena aku nggak ngerti apa yang diomongin sama temen-temenku. Kenapa sih, aku cuma bisa ngeliatin, ngedengerin, dan cengo doang kalau yang lain sudah memperlihatkan isi otaknya masing-masing tentang kesusastraan? Mungkin aku hanyalah seorang penikmat sastra yang berada di dalam lingkaran para calon ahli, kritikus, dan sastrawannya itu sendiri.

13 comments:

  1. Aku juga gitu, haha bedanya kalo aku beneran salah :'( pengeku kuliah di jurusan desain, tapi ga dapet restu, alhasil terdampar di teknik sipil. daan berasa cuma bisa cengo aja :3

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ya ampun, berarti aku masih beruntung ya. Tetap semangat! :)

      Delete
  2. Sama nih perasaannya. Bukan bener-bener salah jurusan sih. Tapi kayak "wah, temen-temen jago-jago banget, aku mah apa atuh"
    Btw, salam kenal aku Wardah :)

    World of Wardah

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hai, Wardah salam kenal juga :) iyaa rasanya tuh...................... :'(

      Delete
  3. Haai, aku anak sastra juga :D
    hihi emang ya, teori sastra itu sedikit ribet, aku sendiri sampai sekarang belum tamat baca buku pengantar sakti anak sastra indonesia sejagat raya : A.Teeuw.
    Wah belajar sastra dunia dan sastra nusantara juga kah? Keren ^^ Morfologi juga jadi makul yang hih gemesin banget buat aku, tapi karena aku sendiri hanya penikmat sastra, tidak terlalu berminat untuk jadi kritikus, jadi memutuskan ambil konsentrasi linguistik aja :))

    Semangat belajar, ilmu sesusah dan seabsurd apapun pasti bakal berguna kok nantinya, Salam kenaal :))

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo, kamu anak sastra di mana?
      Duh, buku A. Teeuw.......................
      Hahaha iya nanti semester-semester selanjutnya bakal ada sastra dunia dan sastra nusantara.
      Ya ampun konsentrasi linguistik? Big no kalo aku :D

      Delete
    2. Sastra Indonesia di UGM. Semester empat sekarang.
      Kalau di sini, sastra nusantara jadi jurusan sendiri. Tapi anak sasindo juga belajar arab melayu buat filologi. Waaah nanti cerita cerita ya, sastra dunia itu gimana belajarnya?

      Delete
    3. Iya, Kak. Aku juga sekarang lagi belajar filologi. Oke sip Kak ;)

      Delete
  4. Aku juga pernah merasakan hal yang sama kak~ Tapi bedanya aku salah jurusan di Akuntansi padahal aku pengen banget masuk Rekayasa Perangkat Lunak. Alhamdulilah, merasa jadi anak ilangnya cuma di semester 1, dan tak terasa bentar lagi udah mau UN. Semangat belajar kak! Aku yakin pasti kakak bisa melalui semua ini hihihihi

    Salam kenal kak :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iyaa terima kasih ya :) kamu juga semangat UN-nya

      Delete
  5. semangat ra semangat jadi anak sastra. justru gue pengin belajar banyak bgt tentang sastra lewat lo. mungkin kita bisa tuker pikiran sekaian nambah ilmu hehe

    ReplyDelete